NAMA :NENENG MELISA
TUGAS : FONOLOGI BAHASA INDONESIA FKIP UIR
NPM : 136210054
Sifat-Sifat Bahasa
1. Bahasa
sebagai Sistem
Sistem berarti susunan teratur
berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. sistem terbentuk
oleh sejumlah unsur yang satu dan yang lain berhubungan secara fungsional.
Bahasa terdiri dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut pola
tertentu dan membentuk satu kesatuan.
Sebagai sebuah sistem,bahasa
itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa itu tersusun
menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak. Sistemis artinya bahasa itu
bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem
bawahan (dikenal dengan nama tataran linguistik). Tataran linguistik terdiri
dari tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik,
dan tataran leksikon. Secara hirarkial, bagan subsistem bahasa tersebut sebagai
berikut.
2. Bahasa sebagai Lambang
Lambang dengan berbagai seluk
beluknya dikaji orang dalam bidang kajian ilmu semiotika, yaitu ilmu yang
mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia. Dalam semiotika
dibedakan adanya beberapa tanda yaitu: tanda (sign), lambang (simbol), sinyal
(signal), gejala (sympton), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon.
Lambang bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan langsung yang bersifat
wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya.
3. Bahasa adalah bunyi
Menurut Kridalaksana (1983),
bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga
yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan udara. Bunyi bahasa adalah bunyi
yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga tidak semua bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.
4. Bahasa itu arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan
’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Yang dimaksud dengan
istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa
(yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh
lambang tersebut. Ferdinant de Saussure (1966: 67) dalam dikotominya membedakan
apa yang dimaksud signifiant dan signifie. Signifiant (penanda) adalah lambang
bunyi itu, sedangkan signifie (petanda) adalah konsep yang dikandung
signifiant.
Bolinger (1975: 22)
mengatakan: Seandainya ada hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya
itu, maka seseorang yang tidak tahu bahasa tertentu akan dapat menebak makna
sebuah kata apabila dia mendengar kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita tidak
bisa menebak makna sebuah kata dari bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri)
yang belum pernah kita dengar, karena bunyi kata tersebut tidak memberi ”saran”
atau ”petunjuk” apapun untuk mengetahui maknanya.
5. Bahasa itu bermakna
Salah satu sifat hakiki dari
bahasa adalah bahasa itu berwujud lambang. Sebagai lambang, bahasa melambangkan
suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin
disampaikan dalam wujud bunyi itu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa itu
mempunyi makna. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak
mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa.
[kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang] : bermakna = bahasa
[dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl] : tidak bermakna = bukan bahasa
6. Bahasa itu konvensional
Meskipun hubungan antara lambang
bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang
tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua
anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu
digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Misalnya, binatang berkaki
empat yang biasa dikendarai, dilambangkan dengan bunyi [kuda], maka anggota
masyarakat bahasa Indonesia harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya dan
digantikan dengan lambang lain, maka komunikasi akan terhambat.
7. Bahasa itu unik
Bahasa dikatakan bersifat unik,
artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa
lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata,
sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.
8. Bahasa itu universal
Selain bersifat unik, bahasa
juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh
setiap bahasa yang ada di dunia ini. Misalnya, ciri universal bahasa yang
paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari
vokal dan konsonan.
9. Bahasa itu produktif
Bahasa bersifat produktif,
artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur
yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang tidak
terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa
itu. Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa Indonesia, /a/, /i/, /k/, dan /t/.
Dari empat fonem tersebut dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa:
- /i/-/k/-/a/-/t/
- /k/-/i/-/t/-/a/
- /k/-/i/-/a/-/t/
- /k/-/a/-/i/-/t/
10. Bahasa itu
bervariasi
Anggota masyarakat suatu bahasa
biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan latar
belakang budaya yang tidak sama. Karena perbedaan tersebut maka bahasa yang
digunakan menjadi bervariasi. Ada tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:
- Idiolek
: Ragam bahasa yang bersifat perorangan.
- Dialek
: Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada
suatu tempat atau suatu waktu.
- Ragam
: Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu. Misalnya, ragam
baku dan ragam tidak baku.
11. Bahasa itu dinamis
Bahasa tidak pernah lepas dari
segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai
makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan
bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat
kegiatan manusia itu selalu berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi
tidak tetap, menjadi dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau
istilah baru, peralihan makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.
12. Bahasa itu manusiawi
Alat komunikasi manusia
berbeda dengan binatang. Alat komunikasi binatang bersifat tetap, statis.
Sedangkan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa bersifat produktif dan dinamis.
Maka, bahasa bersifat manusiawi, dalam arti bahasa itu hanya milik manusia dan
hanya dapat digunakan oleh manusia.